Berikut ini lanjutan dari artikel Misteri Karate 1, bagi yang akan membaca artikel ini dapat membaca artikel sebelumnya.
Dengan konsep dasar seperti yang dijelaskan pada artikel sebelumnya, kita masuk kedalam penjabaran bunkai, yang mana bunkai adalah tahap pertama untuk membuka teknik yang masih menjadi misteri dalam pengaplikasiannya sebelum kita melangkah ke Bunseki (menganalisa) dan Oyo (pengaplikasian).
Dalam menjabarkan teknik dari kata, pertama kita harus pintar dalam memilih kata sebab ada beberapa kata yang bertujuan untuk pembelajaran olah raga atau beberapa kata yang bertujuan untuk melatih fikiran dengan melatih pernapasan disertai gerakan fisik.
Kemudian setelah kita memilih jurus atau kata ada hal yang harus diketahui bahwa suatu kata bukanlah satu gerakan panjang yang kita bayangkan sedang dikepung oleh banyak lawan. Untuk mempelajari bunkai, kata dibagi per-sequence dalam penjabarannya dan setiap bagiannya mengandung berbagai macam teknik dan kaidahnya sehingga keseluruhan kata menjadi semacam buku paket. Biasanya bagian yang dijabarkan dalam bunkai terdiri dari 1 sampai 5 gerakan.
Kemudian kita masuk kedalam Bunseki atau menganalisa suatu teknik yang sudah kita ketahui bunkainya. Hal dasar yang kita analisa pertama adalah tumpuan atau kuda kuda, karena hal ini memberikan pengaruh besar kepada bagian atas tubuh bagaimana bagian atas bekerja.
Setiap kuda kuda memiliki tujuan sendiri dalam penggunaannya. Apakah kuda kuda yang menaruh berat kedepan? (zenkutsu dachi), belakang? (kokutsu dachi), tengah? (shiko dachi), dan lain sebagainya. Memperhatikan menaruh letak berat badan dalam penggunaan kuda kuda dan perubahan kuda kuda dari satu ke lainnya sangat berpengaruh terhadap keefektifan suatu teknik.
Kemudian tahapan berikutnya kita analisa mengenai arah gerakan. apakah kita bergerak kedepan, samping, mengelak meloncat dan lainnya. Namun intinya sama dengan kuda kuda yaitu memperhatikan mengapa dan bagaimana menaruh berat tubuh dalam berbagai macam arah gerakan.
Keharmonisan antara bagian atas tubuh dan bawah tubuh. Pembatas antara dua bagian tersebut terletak pada pinggul yang menjadi titik keseimbangan, tenaga, dan jembatan antara bagian atas dan bawah. Penggunaan teknik atas berupa teknik tangan dan sundulan harus berinteraksi secara harmonis dengan bagian bawah tubuh seperti kuda kuda, arah gerakan, dan distribusi berat badan. Begitu juga dengan teknik bawah seperti teknik kaki, sapuan, tendangan harus sinkron dengan bagian atas tubuh seperti tangan dan berat tubuh. Intinya bagian atas tubuh dan bawah harus bekerja sebagai satu unit kesatuan.
Tangan, dalam bunkai bentuk tangan harus diperhatikan apakah tangan yang terbuka atau terkepal. Tangan terbuka dapat mempresentasikan menangkap atau melepaskan pegangan sedangkan tangan terkepal dapat mempresentasikan menggenggam atau mematahkan. bentuk serangan dalam kata baik itu menggunakan tangan terbuka maupun terkepal memiliki aplikasi yang berbeda.
Kemudian terdapat hal yang banyak dilupakan bagi para karateka mengenai bentuk tangan yang pasif. Tidak ada hal yang tidak berguna dalam bentuk teknik karate termasuk tangan yang pasif. Tangan terlihat pasif bila tangan sedang melindungi bagian tengah atau setelah membelokkan serangan (ketika tangan aktif sedang melakukan suatu gerakan), contohnya Hikite. kedua buah tangan pasti memiliki suatu fungsi, sama seperti kedua buah kaki.
Kemudian tempo, gerakan kata yang lambat maupun cepat dan perubahan ritme memiliki tujuan tersendiri dalam pengaplikasiannya. Gerakan yang lambat dapat mempresentasikan mendekat ke arah lawan, mematahkan persendian atau teknik kuncian, sedangkan gerakan yang cepat dapat mempresentasikan serangan langsung, meloloskan diri dari kuncian, melempar lawan dan menangkis.
Think out of the box, setiap gerakan yang kita lihat biasa mungkin memiliki teknik yang terkandung didalamnya seperti; hikite apakah sekedar tangan yang ditaruh dipinggang atau ushiro hijiate atau sebagai menarik tangan lawan agar lawan mendekat kepada kita disertai pukulan telak ke arahnya? gerakan magate apakah sekedar balik badan atau teknik melempar? dan lain sebagainya.
Setelah kita mengetahui penjabaran kata (bunkai), menganalisa (bunseki), sekarang kita masuk kedalam pembahasan bagaimana pengaplikasiannya (oyo).
Dalam Oyo / aplikasi suatu teknik anda harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai suatu teknik dalam pengaplikasiannya dan bagaimana cara pengaplikasiannya. Sebagai bahan pertimbangan dalam memahami pengaplikasian suatu teknik dapat menyimak hal hal berikut ini:
• Siaga dalam mempertahankan diri secara alami bukan dengan gaya seolah olah sedang bertinju atau menggunakan gaya bangau seperti pada film kungfu. Perlu diingat ini adalah moment dimana kita harus selamat dari kontak fisik selalu waspada bahwa serangan bisa datang dari arah samping, belakang, bawah, dan atas. Jangan beranggapan bahwa ini adalah pertarungan satu lawan satu, seimbang dan disebuah arena.
• Aplikasikan suatu teknik atau bunkai kata dalam berbagai macam serangan yang berbeda. Mengapa demikian? karena anda tahu teknik yang anda miliki namun anda tidak mungkin tahu bagaimana serangan akan datang kepada anda.
• Jangan berasumsi atau memprediksi ketika anda menggunakan aplikasi suatu teknik dipertarungan biarkan reflek yang bekerja. Menciptakan reflek tentunya dengan berlatih sungguh sungguh.
• Berlatih dengan rekan yang menyerang secara tak terduga. Inisiatif rekan dapat melatih kesiapan kita dalam menghadapi pertarungan nyata.
Sebagai penutup artikel ini dalam memahami bunkai bahwa kita pasti akan menghadapi saat "stuck" dimana kita tidak memiliki ide atau petunjuk dari suatu teknik. Hal ini dapat diatasi dengan "think out of the box" seperti:
cross training dengan seni beladiri lain, mempelajari sejarah mengapa terdapat beberapa varian kata yang berbeda, belajar kata yang sama dari aliran lain, menggunakan teknik kotor, dll.
"Kata bukanlah suatu bentuk tarian kompetisi yang indah, tapi sebuah seni beladiri untuk pertahanan diri - yang menentukan antara hidup dan mati.
– Kenwa Mabuni (Pendiri Shito-ryu Karate)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar