Pada saat pertama karate diperkenalkan ke publik jepang, karate tidak mengenal tahapan yang ditandai dengan warna sabuk, walaupun dahulu pemakaian sabuk / obi memang memiliki fungsi untuk menyangga tanden dalam latihan pernapasan.
Karate mulai menggunakan tingkatan sabuk dimulai dari persahabatan Gichin Funakoshi yang dikenal sebagai bapak karate jepang dengan Jigoro Kano sang penemu judo.
Funakoshi mengadopsi tingkatan yang dimiliki judo, dimulai dari tingkatan Kyu 10 s/d Kyu 1 menggunakan sabuk putih dan berwarna kemudian diikuti tingkatan Dan 1 s/d Dan 9 menggunakan sabuk hitam, untuk Dan 10 umumnya menggunakan sabuk merah.
Sabuk merupakan salah satu dari tiga komponen seragam karate, yang lainnya adalah jaket dan celana panjang, dan sabuk memiliki nilai filosofi dari warna dan tingkatannya.
Sabuk Putih
Melambangkan niat yang suci untuk belajar karate, tidak memiliki niat yang negatif seperti menyakiti orang lain.
Sabuk Kuning
Berawal dari lembar kertas yang kosong, ia telah menerima coretan ilmu seakan akan ia mendapat cahaya dari mentari untuk melihat dunia yang luas.
Sabuk Hijau
Setelah mendapat cahaya ilmu dan makin bertambah pengetahuannya, ia menjadi tegar laksana pohon yang rindang serta meneduhi dan memberi manfaat bagi mahluk lain.
Sabuk Biru
Pohon tersebut makin tumbuh kekuatannya dan menjulang kelangit biru yang tak berbatas untuk meraih cita citanya. Ia memiliki ketenangan bak lautan namun ia kuat bak badai.
Sabuk Coklat.
Ia sadar akan kekuatan dan kemampuannya. Maka ia merendah bak tanah dihadapan mahluk hidup dan menjadi pijakannya. Serta memiliki peran menghidupi sebagai tempat benih baru.
Sabuk Hitam
warna gelap melambangkan kedalaman dalam pemahaman Budo (jalan seni beladiri), hal ini didapatkan melalui keteguhan dalam tempaan.
Tanggung jawabnya bertambah dengan menjadi contoh dan memberikan ilmu bagi kohai / juniornya.
Sabuk hitam bukanlah akhir, justru ini adalah awal dari perjalanan yang panjang maka dari itu Dan 1 dinamakan Shodan yang bermakna tahapan awal.
Dari yang penulis ketahui dan bisa kita ambil pelajarannya adalah para master karate atau bahkan master dalam bidang lain entah itu dalam beladiri atau dalam akademik, ketika mereka sudah dianggap ahli oleh orang lain, mereka tidak lantas berhenti untuk belajar namun mereka masih memiliki semangat untuk belajar dan terus belajar.
Semangat inilah yang menjadi dasar filosofi tingkatan sabuk.
The day you stop learning is the day you stop living, that's the heart of karate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar