Minggu, 12 Februari 2017
Jutsu dan Do
Sahabat smartial arts,
Pernahkah anda mendengar suatu pepatah tiongkok kuno yaitu "Bila anda ingin menjadi ahli pedang, yang pertama anda harus pelajari adalah bagaimana cara memegang pedang".
Hmm... apa ya maksud dari pepatah itu? Bukankah saat kita bermain pedang kita memang menggenggamnya? Bukankah juga kita sewaktu masih bayi sekalipun kita sudah belajar menggenggam?
Namun sayangnya pedang bukanlah sebuah mainan, bila pedang dipegang oleh orang jahat ia akan menzholimi orang lain, bila pedang dipegang oleh penyamun ia akan mengambil hak orang lain, dan bila pedang dipegang oleh kesatria yang tidak suci hatinya maka ia akan menggunakan untuk menaklukkan orang lain.
Di lain sisi bila pedang dipegang oleh orang yang baik maka ia akan menggunakannya untuk kebaikan seperti membela kebenaran, melindungi orang yang lemah, membela diri, dan melawan kejahatan. Itulah makna dari pepatah tersebut.
Hal yang sama berlaku juga untuk seni beladiri tangan kosong termasuk karate. Sudah tidak dapat disanggah lagi dalam karate tradisional melatih tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh agar menjadi sekeras batu sehingga tangan dan kaki berfungsi sebagai pedang dan tombak yang mematikan.
Sehingga hal ini perlu kaidah-kaidah yang yang wajib diterapkan oleh karateka agar jangan sampai tekniknya digunakan untuk hal hal yang dapat menyakiti orang lain.
Beranjak dari perinsip diatas dikenallah istilah dalam seni beladiri Jepang yaitu penggunaan akhiran -Jutsu dan -Do.
Apa arti akhiran -Jutsu dan -Do ini?
Arti dari kata Jutsu adalah ilmu pengetahuan atau metode. Sedangkan dalam seni beladiri jepang jutsu memiliki makna teknik atau strategi dalam pertarungan nyata.
Kemudian Do memiliki arti jalan hidup. Sedangkan dalam seni beladiri imbuhan -do memiliki tujuan dalam pelatihan beladiri adalah untuk membentuk karakter.
Dari sini bisa kita tarik kesimpulan karate-jutsu melatih karateka dengan berbagai macam teknik yang sangat berbahaya bila digunakan dalam pertarungan nyata dan karate-do adalah berlatih karate dengan bertujuan mengembangkan karakter karateka.
Ibarat dua sisi mata uang kedua akhiran ini tidak dapat dipisahkan dan wajib dipahami dan diterapkan oleh karateka. Disatu sisi seorang karateka haruslah menjadi orang yang selalu siaga dan selalu mengasah fisik, pikiran, dan mentalnya menjadi sebilah pedang namun disisi lain ia tidak boleh mencabut pedang tersebut kecuali dalam keadaan antara hidup dan mati.
Dalam perinsip -Do, tidak hanya diterapkan dalam dojo (tempat berlatih) saja, namun semangat budo (jalan hidup seni beladiri) dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti patuh kepada kejujuran, sopan santun, dan lain sebagainya.
Seperti biasa, artikel ini akan ditutup dengan quote dalan seni beladiri jepang "lebih baik menjadi seorang samurai yang memangkas di taman dari pada menjadi seorang tukang kebun yang memangkas di arena pertempuran".
Salam, oss..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar