Jumat, 19 Agustus 2016

Journey of The Belt

Pada saat pertama karate diperkenalkan ke publik jepang, karate tidak mengenal tahapan yang ditandai dengan warna sabuk, walaupun dahulu pemakaian sabuk / obi memang memiliki fungsi untuk menyangga tanden dalam latihan pernapasan.

Karate mulai menggunakan tingkatan sabuk dimulai dari persahabatan Gichin Funakoshi yang dikenal sebagai bapak karate jepang dengan Jigoro Kano sang penemu judo.

Funakoshi mengadopsi tingkatan yang dimiliki judo, dimulai dari tingkatan Kyu 10 s/d Kyu 1 menggunakan sabuk putih dan berwarna kemudian diikuti tingkatan Dan 1 s/d Dan 9 menggunakan sabuk hitam, untuk Dan 10 umumnya menggunakan sabuk merah.

Sabuk merupakan salah satu dari tiga komponen seragam karate, yang lainnya adalah jaket dan celana panjang, dan sabuk memiliki nilai filosofi dari warna dan tingkatannya.

Sabuk Putih
Melambangkan niat yang suci untuk belajar karate, tidak memiliki niat yang negatif seperti menyakiti orang lain.

Sabuk Kuning
Berawal dari lembar kertas yang kosong, ia telah menerima coretan ilmu seakan akan  ia mendapat cahaya dari mentari untuk melihat dunia yang luas.

Sabuk Hijau
Setelah mendapat cahaya ilmu dan makin bertambah pengetahuannya, ia menjadi tegar laksana pohon yang rindang serta meneduhi dan memberi manfaat bagi mahluk lain.

Sabuk Biru
Pohon tersebut makin tumbuh kekuatannya dan menjulang kelangit biru yang tak berbatas untuk meraih cita citanya. Ia memiliki ketenangan bak lautan namun ia kuat bak badai.

Sabuk Coklat.
Ia sadar akan kekuatan dan kemampuannya. Maka ia merendah bak tanah dihadapan mahluk hidup dan menjadi pijakannya. Serta memiliki peran menghidupi sebagai tempat benih baru.

Sabuk Hitam
warna gelap melambangkan kedalaman dalam pemahaman Budo (jalan seni beladiri), hal ini didapatkan melalui keteguhan dalam tempaan.

Tanggung jawabnya bertambah dengan menjadi contoh dan memberikan ilmu bagi kohai / juniornya.

Sabuk hitam bukanlah akhir, justru ini adalah awal dari perjalanan yang panjang maka dari itu Dan 1 dinamakan Shodan yang bermakna tahapan awal.

Dari yang penulis ketahui dan bisa kita ambil pelajarannya adalah para master karate atau bahkan master dalam bidang lain entah itu dalam beladiri atau dalam akademik, ketika mereka sudah dianggap ahli oleh orang lain, mereka tidak lantas berhenti untuk belajar namun mereka masih memiliki semangat untuk belajar dan terus belajar.

Semangat inilah yang menjadi dasar filosofi tingkatan sabuk.

The day you stop learning is the day you stop living, that's the heart of karate.

Senin, 08 Agustus 2016

Body, Mind, and Spirit

Pada tahun 409 SM terjadi sebuah peperangan di sebuah teluk yang bernama teluk marathon. Peperangan ini terjadi antara pasukan yunani dari athena melawan pasukan persia.

Singkat cerita pasukan yunani berhasil memenangkan peperangan ini dan mengusir pasukan persia dari negerinya.

Tersebutlah sebuah legenda yang bercerita tentang kisah Pheidippides yang membawa kabar kemenangan pasukan yunani dengan berlari tanpa henti dari marathon ke athena.

Jarak yang ia tempuh sekitar 40 KM, malangnya setelah ia tiba di athena dan menyampaikan kabar tersebut ia wafat karena kelelahan.

Kisah inilah yang mengilhami diadakannya cabang lari marathon.

What an extreme sport!

Namun kali ini kita tidak membahas mengenai lari marathon. Kita akan membahas perjuangan Pheidippides yang mengalami kondisi yang ekstrim sehingga ia melampaui batas dari kemampuannya.

Dalam karate apa yang dilakukan oleh Pheidippides dikenal dengan istilah "OSHINABU" yang bermakna pantang menyerah.

Yup! pantang menyerah adalah kunci untuk menggapai tujuan kita.

Pantang menyerahpun dalam tradisi Bushido (jalan hidup kesatria) dan Budo (jalan hidup seni beladiri) memiliki tahapan dan tingkatan.

Hmmm... apa saja ya tingkatannya?

Enter your body, mind and spirit.

Saat kita sedang berada dalam kondisi yang ekstrim untuk mencapai tujuan, entah itu dalam olah raga, pertarungan, maupun menjalankan tugas sehingga sangat menguras tenaga.

Dalam tahapan ini walaupun tubuh anda sudah letih namun anda masih dapat berfikir jernih maka kepalkan tangan anda dan tetap hadapi tantangan yang ada di hadapan anda.

Kemudian bila tantangan belum bisa terselesaikan dan fisik serta fikiran anda telah berada pada batasan kemampuan anda, maka pertahanan terakhir anda adalah semangat anda.

Dengan api semangat yang masih menyala pada diri anda maka anda akan mendapatkan kekuatan untuk melampaui kemampuan yang anda miliki.

Namun dari semua hal tersebut kembali lagi dari seberapa baik persiapan yang anda lakukan untuk menghadapi tantangan.

Prepare your battle
and
Face it with your body, your mind and your spirit!