Senin, 31 Oktober 2016

Know Your Enemy

Dalam dunia bisnis dikenal sebuah istilah KYC, akronim dari know your customer. Tujuan dari prinsip ini adalah mengenal, mendata, memahami dan menganalisa resiko terhadap pelanggan  yang dimiliki.

Dalam seni beladiripun dikenal konsep yang sama yaitu know your enemy. Seperti yang diungkapkan oleh Sun Tzu pada dua abad yang lalu dalam buku The Art of War:

"Mengetahui siapa musuh Anda dan mengenal diri sendiri, maka dalam seratus pertempuran Anda tidak akan pernah kalah. Jika Anda tidak mengetahui tentang musuh anda tapi anda mengetahui kelemahan dan kekuatan diri sendiri maka peluang untuk menang dan kalah adalah sama. Jika Anda tidak mengetahui baik musuh maupun diri sendiri, maka ada bahaya dalam setiap konflik."

Quote tersebut memang banyak digunakan dalam dunia bisnis salah satunya pada prinsip KYC, namun pada artikel kali ini kita akan mendalami tujuan asli dari quote tersebut yaitu untuk mempertahankan diri anda dari suatu pertarungan.

Kita ambil contoh pada pertandingan tinju, masing masing petinju akan mempelajari lawan yang akan dihadapinya dengan melihat rekaman pertandingan sebelumnya. Dari situ ia akan melihat gaya bertarungnya, strateginya, keunggulannya dan mencari celah kelemahannya.

Pada contoh yang lain seperti pada pertandingan kumite di karate, peserta tidak akan tahu siapa lawan yang akan dihadapinya sampai saat anda di arena karena penentuannya dengan sistim kocok. Namun yang pasti ia tahu yang dihadapinya memiliki berat yang sama, gaya bertarung yang sama dan peraturan yang sama.

Singkat kata bila anda bertarung di arena judo maka anda akan berhadapan dengan judoka, bila dikarate anda akan berhadapan dengan karateka, ditaekwondo tentunya dengan taekwondoin. Termasuk diarena MMA yang akan dihadapinya petarung MMA.

Bagaimana bila anda teribat pertarungan di luar arena?

Lawan anda bisa siapa saja, mungkin seorang pesilat? BJJ? pegulat? ninja? atau seorang petarung jalanan?

Selama di dojo kita dipersiapkan untuk berlaga diarena pertandingan yang mana penuh dengan peraturan dan pengaman, namun mengabaikan bagaimana mempersiapkan suatu kondisi disaat kita berada dalam pertarungan yang bebas.

Berlatih untuk brawler tentunya harus menjadi menu utama disamping mengejar target menjadi seorang juara di arena. Di luar dojo fancy kick dan long fast punch tidaklah terlalu efektif kecuali anda benar benar ahli dalam hal itu.

Tekhnik sedehana dan tepat sasaran, dapat menyelamatkan anda sebagai pemula saat brawler. Asal anda selalu mengasah teknik tersebut, sebab akurasi membutuhkan pengulangan suatu gerakan.

Sudah menjadi teori umum dalam bidang olah raga, bila seorang atlit ingin ahli dalam suatu teknik maka ia harus melakukan repetition sebanyak 10,000 kali.

Dengan berlatih free fighting di dojo anda, anda dapat memperbesar peluang selamat dari  brawler.

Seperti quote dari Sun Tzu "Bila anda tidak mengetahui kemampuan anda maupun lawan anda maka ada bahaya dalam setiap konflik"

Selasa, 18 Oktober 2016

Naihanchi

Dalam karate, ada jurus atau kata yang terlihat mudah dipelajari namun bila kita kupas lebih detail maka terdapat banyak teknik yang terkandung didalamnya. Hal ini akan coba kita bahas pada artikel kali ini.

Kita ambil contoh suatu kata yang bernama naifanchen (dialek okinawa) atau naihanchi (dialek jepang) atau tekki (nama yang diberikan gichin funakoshi pada saat karate diperkenalkan pertama kali di jepang guna menghindari hal yang identik dengan tiongkok).

Naihanchi memiliki makna "bertarung secara menyamping". Hal ini dapat dilihat dari arah gerakannya yang menyamping. Sedangkan tekki memiliki arti "kuda besi". Makna ini diambil dari bentuk kuda kuda yang digunakan di tekki kata, yang seolah olah sedang menunggang kuda.

Banyak praktisi karate mengira bahwa embusen dari naihanchi ini adalah untuk pertarungan di jalanan sawah, papan jembatan pada perahu, gang kecil atau dibelakang anda terdapat dinding. Gerakan menyamping pada kata ini tidaklah memiliki hubungan dengan pertarungan tersebut.

Pada masa lalu naihanchi diajarkan sebagai kata pertama (sama seperti sanchin pada goju ryu dan uechi ryu) namun saat ini naihanchi mulai diajarkan saat sabuk coklat.

Dalam naihanchi tidak terdapat gerakkan yang "menakjubkan" hanya gerakkan yang sederhana saja sehingga dalam sport karate kata ini jarang dimainkan.

Asal mula naihanchi diperkirakan sudah ada sekitar tahun 1800an yang mana kata ini diperkenalkan oleh Sokon Matsumura. Seorang kesatria dan pelindung dari tiga generasi kaisar kerajaan ryukyu.

Beliau menggabungkan seni beladiri asli ryukyu / okinawa yaitu "Te" dengan seni beladiri tiongkok yaitu "quanfa". Hal ini tak lepas dari hubungan antara okinawa dengan tiongkok dan perannya sebagai bodyguard yang mengunjungi dan dikunjungi ahli beladiri quanfa. Namun menurut keterangan dari choki motobu, saat ini kata naihanchi beserta passai, chinto, dan rohai sudah punah ditiongkok dan hanya diajarkan dalam karate.

Diantara murid dari sokon matsumura adalah anko itosu. Beliau memberikan keterangan mengenai naihanchi adalah kata yang termudah sekaligus yang tersulit. Beliau juga yang menciptakan naihanchi / tekki nidan dan sandan sebagai tambahan sedangkan yang originalnya dinamakan tekki shodan.

Saat ini beberapa aliran mempelajari keseluruhan dari tiga tekki dan beberapa aliran hanya mengajarkan yang originalnya seperti Wado ryu. Tidak hanya naihanchi saja yang hanya diajarkan originalnya, kata lainnya seperti passai, kushanku, juga hanya diajarkan kata aslinya.

hal ini menurut pendiri wado ryu yaitu Hironori Ohtsuka lebih menitik beratkan kepada fungsi pembelaan diri suatu kata daripada mengetahui banyak jurus hanya sebagai gerakkan fisik saja.

Terlepas dari penting atau tidaknya "suffix kata", bagi Hironori Otsuka naihanchi merupakan kata utama wado ryu. Mengenai waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kata ini Hironori Ohtsuka mengungkapkan membutuhkan sepanjang usia untuk menguasainya. Hal ini sejalan dengan gurunya yaitu Gichin Funakoshi yang membutuhkan waktu selama tiga tahun untuk setiap tekki. Hal ini menggambarkan begitu dalamnya kata naihanchi ini.

Menurut guru hironori yang lain yaitu choki motobu banyak bunkai dari kata ini yang menggunakan gulatan, kuncian, dan bantingan. Salah satu teknik yang menjadi ciri khas dari kata ini adalah nami-gaeshi (sapuan kaki).

Hironori otsuka berpendapat tujuan utama dari teknik ini adalah melatih keseimbangan. Pada gaya karate yang lain nami-gaeshi dikenal dengan naihanchi geri. Dikisahkan choki motobu pernah mematahkan kaki lawannya dengan teknik ini.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa kemampuan bertarung jarak dekat adalah hal yang vital dikuasai sebagai bagian membeladiri dan naihanchi memberikan cara yang efektif dan efisien dalam kondisi ini.

Kita ambil satu contoh sasaran yang menjadi penekanan pada kata ini yaitu serangan langsung pada carotid sinus. Titik ini terletak pada samping leher dibawah rahang.

Serangan dengan tepat dan keras pada titik ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran pada lawan. Hal ini disebabkan titik ini tidak dilindungi oleh otot dan bila terjadi benturan yang keras otak akan bereaksi terdapat tekanan darah yang meninggi dengan sangat cepat.

Sasaran lain yang ditekankan adalah pada dagu lawan. Titik ini sangat berbahaya, terutama saat menggunakan kagi zuki. Teknik kagi zuki yang tepat sasaran dapat menggeser syaraf tulang belakang, terutama pada sambungan tulang tengkorak dan tulang belakang.

Itulah sebagian dari banyak teknik bunkai yang terdapat pada naihanchi. Masih banyak yang bisa digali dari kata ini namun tentunya tidak cukup dijabarkan pada satu artikel atau sesekali latihan saja.

The point is "more you practice it, easier to master it"