Rabu, 06 April 2016

Misteri Karate 1

Pernahkah anda memecahkan suatu kode menjadi sebuah petunjuk atau menyukai cerita maupun film bergenre mystery yang membutuhkan kemampuan menganalisa suatu teka teki.

Bila sahabat menyukainya apakah jawaban suatu teka teki tersebut sama dengan perkiraan jawaban anda? I can guarantee that most of you have different result with the end of movie or story. Tentunya bila jalan cerita suatu film ataupun novel mudah ditebak, cerita tersebut tidak akan menjual kepada pecinta film mystery.

Pengarang cerita akan memasukkan teka teki tersembunyi dalam ceritanya, hal yang sama terjadi pada jurus atau dalam karate disebut kata. Kata adalah rangkaian dari beberapa gerakan beladiri. gerakan-gerakan didalam Kata itulah para pencipta Kata menaruh teka teki.

Hmmm... Selain berlatih fisik yang menguras tenaga, apakah kita harus kembali berfikir keras untuk memecahkan teka teki suatu kata? seperti pertanyaan:
"Apa maksud dari gerakan ini? Apa tujuan dari gerakan ini? Bagaimana caranya gerakan ini digunakan untuk menghadapi lawan?"

Cukup diketahui bersama bahwa karate is not just martial arts, it's smartial arts. Karate bukanlah menjadikan para praktisinya menjadi tukang pukul atau lebih mengandalkan otot dari pada otak. Dalam mempelajari karate membutuhkan pendekatan akademis dari berbagai macam disiplin ilmu seperti mekanisme gerak, fisika, nutrisi, filosofi, sejarah, sosiologi, de el el.

Kata atau dalam bahasa disebut jurus adalah rangkaian gerakan beladiri yang dirangkai dari beberapa gerakan menjadi satu kesatuan. Dalam karate, penjabaran gerakan jurus atau kata disebut bunkai. Bunkai adalah proses menganalisa Kata / jurus dan menuangkannya menjadi teknik pertarungan.

Banyak diantara para karateka tidak pernah diajarkan bunkai secara komprehensif dan terstruktur dengan baik. Jika memang ada hanya sebagai catatan pinggir suatu teknik. Tapi tidak dapat disalahkan dikarenakan yang mengajarpun tidak diajarkan bunkainya oleh instrukturnya.

Hal ini menyebabkan kata hanya dihapal gerakannya saja dan digunakan sebagai latihan fisik, persiapan kenaikan sabuk, dan pertandingan. Padahal kata adalah bagian terpenting dari karate, if you can't do kata, you just do kick boxing and if you can't do bunkai, you just do punching and kicking dance.

Dalam karate kata berfungsi sebagai sarana penyimpanan teknik beladiri atau silabus yang diturunkan dari guru ke murid.

Back in ye old days, di Okinawa saat karate diajarkan untuk umum disusunlah lima kata Pinan oleh Itosu guna memperkenalkannya kepada murid sekolah dasar. Tentunya anak SD tidak diajarkan teknik mematikan, kelima kata pinan bertujuan untuk melatih fisik namun tidak menghilangkan teknik beladirinya. Dengan kata lain teknik beladirinya disembunyikan dalam gerakan untuk latihan fisik.

Kemudian karate diperkenalkan ke wilayah utama jepang, ada beberapa modifikasi dalam kata seperti mengganti nama asli kata yang berbau bahasa tionghoa menjadi berbahasa jepang, mengembangkan teknik seperti tendangan yang tinggi atau berputar serta penambahan teknik lainnya selain itu juga disertai "pengurangan" teknik seperti teknik kuncian, bantingan, totokan, dan teknik lainnya. (teknik kuncian atau bantingan jarang dipelajari saat itu karena masyarakat jepang sudah mengenal jujutsu, judo, maupun aikido, sehingga karate sebagai pelengkap untuk teknik striking-nya. atau bahkan digabungkan seperti pada aliran Wado-ryu). Dan perubahan teknik agar kata yang dipertunjukkan terlihat indah

Jadi seiring berjalannya waktu dan demi mempopulerkan karate aspek makna dari kata menjadi dikesampingkan. Namun tidak perlu khawatir karena pada dasarnya kata adalah sebuah kapsul waktu yang mana semua teknik, kaidah, ide, cara bertarung dan lainnya dirangkum oleh para ahli beladiri yang mana teknik teknik tersebut diambil dari berbagai macam seni beladiri yang sudah teruji, sesuai dengan kondisi pertarungan dan sesuai dengan anatomi tubuh manusia. Tinggal para praktisi kata untuk memperdalam pengetahuannya tentang bunkai.

Dalam pengaplikasian suatu teknik dalam kata harus masuk akal dan didasarkan pada prinsip-prinsip membela diri: teknik yang efektif, sederhana untuk mengeksekusi, efisien, mudah untuk berlatih dan cepat untuk mengingat.

Perlu diingat tujuan utama dari karate adalah membeladiri tanpa terluka bukan membeladiri dengan melukai lawan. Bagaimanapun juga situasi dan kondisi dilapangan pasti diluar perkiraan, kita dituntut untuk memaksimalkan peluang selamat yaitu dengan menyerang struktur tubuh lawan berikut ini:
• Pernapasan
• Peredaran darah
• Kesadaran
• Dislokasi
• Organ dalam
• Otot
• Sistem reproduksi

Menyerang sistem pernapasan dimaksudkan untuk menghentikan jalur udara lawan salah satunya dengan cara mencekik. Menyerang peredaran darah untuk menghentikan sirkulasi darah. Darah membawa oksigen dan zat yang dibutuhkan tubuh ke organ dan otak, bila sirkulasi tersebut dihentikan maka organ dan otak tidak akan berfungsi.

Menyerang kesadaran yaitu menyerang bagian tubuh yang mana bila terjadi benturan yang keras maka seketika lawan akan hilang kesadarannya seperti pada pelipis dan dagu. Dislokasi adalah mengubah lokasi bagian tubuh yang terletak pada sendi atau pertemuan antar tulang (membutuhkan lebih dari sekedar mematahkan jari untuk menghentikan serangan lawan).

Organ dalam adalah organ yang dilindungi oleh sejumlah tulang atau otot, sangat berbahaya bila terjadi benturan yang tidak bisa ditahan oleh tulang atau otot yang melindunginya.

Menyerang otot sebagai komponen gerak dapat memperlambat gerakan dari lawan. Dan yang paling mudah untuk dipelajari dan efektif adalah menyerang alat kelamin karena bersifat rapuh dan banyak syaraf berada diorgan tersebut.

Dari struktur tubuh tersebut kita ketahui bahwa dalam karatepun mempelajari anatomi tubuh manusia terutama terkait dalam pembahasan kita kali ini yaitu bunkai. Dengan mempelajari anatomi tersebut kita dapat:
• Mengoptimalkan dalam menyerang atau melindungi titik lemah (alat kelamin, kepala belakang, uluhati...)
• Mengoptimalkan tubuh manusia yang dapat dijadikan senjata (tinju, tendang, sikut, lutut....)
• Mengoptimalkan sudut, arah, frekuensi, waktu, intensitas, de el el (taktik dan strategi)

Dengan memahami tubuh manusia akan memudahkan karateka menilai apa, dimana, bagaimana dan mengapa suatu teknik (bunkai) akan berhasil atau gagal dieksekusi.

Berlanjut ke bagian kedua ====>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar